artikel dari desa

 

 

 

Menunggu Cairnya Dana

(Desa Siman Kec. Kepung)

Masa yang ditunggu-tunggu telah tiba yaitu turunnya dana bantuan P2MPD untuk pembangunan desa.  Pencairan dana tahap I yang diharapkan turun sebelum Hari Raya Idul Fitri membuat Tim Inti dan warga Desa Siman Kecamatan Kepung, telah mencari dana talangan untuk dapat segera melakukan pekerjaan di lapangan, dan berharap dana pinjaman tersebut dapat diganti dengan dana P2MPD sebelum Lebaran.  Dana tersebut dipinjam dari beberapa warganya yang rela meminjamkan uangnya untuk memulai pembangunan.

Namun keresahan mulai timbul ketika Lebaran semakin dekat.  Dua hari sebelum lebaran Moh. Imron Ketua LPMD desa Siman bersama-sama dengan empat orang anggota Tim Inti datang ke kantor KMD menanyakan kepastian turunnya dana.  Mereka melimpahkan seluruh keresahannya karena dana masyarakat yang telah digunakan sudah mencapai 15 juta rupiah.  Berbagai pertanyaan mereka lontarkan untuk benar-benar memastikan bahwa dana P2MPD Desa Siman akan cair.  

 (Webmaster - 3 Desember 2002)

   

 

Konsumsi Rame-rame

(Desa Silir Kec. Wates)

Masyarakat desa memang masih memegang teguh sifat kegotongroyongan dalam melakukan pembangunan desanya.  Ini terbukti dari pengamatan yang dilakukan WM di desa Silir Kecamatan Wates.

 

Selain budaya swadaya yang telah tertanam sejak dulu, ternyata swadaya konsumsi juga tidak ketinggalan dilakukan untuk tetap memupuk rasa persaudaraan.   Menyediakan makanan ini dilakukan setiap hari oleh masyarakat desa dan dikoordinasikan secara berkelompok.  Setiap harinya sebanyak  empat KK atau empat rumah menyediakan makanan sukarela untuk santapan siang para pekerja masyarakat.   Sungguh suatu yang menggembirakan melihat kebersamaan ini.

 (Webmaster - 20 Januari  2003)

 

Dana Kurang

(Desa Brumbung Kec. Kepung)

Banyak kebiasaan yang berbeda dalam penggunaan bahasa yang digunakan di berbagai etnik dan tempat yang berakhir pada kesalahpahaman. Kesalahpahaman ini sebenarnya menjadi lelucon yang sangat menggelikan, dan ini terjadi beberapa hari setelah pencairan dana tahap kedua sudah sampai ke tangan masyarakat desa.   Nah, setelah menerima dana yang diambil dari Bank Jatim, ternyata nilai nominalnya tidak sesuai  dengan jumlah yang mereka perkirakan, dan akhirnya mereka mengajukan komplain ke KMD  melalui telepon.  Kebetulan sekali yang menerima komplain saat itu adalah WM yang notabene bukan putra daerah, belum memahami kebiasaan bahasa setempat.

 

Mereka mengatakan kenapa uang yang mereka terima cuma Rp 9 ribu. Hal ini tentu saja mengejutkan WM.  Ketika WM bertanya, 9 ribu atau 9 juta, mereka tetap menjawab 9 ribu.  Untunglah pada saat itu ada orang yang mengerti masalah tersebut, kalau tidak tentu masalahnya bisa sampai ke bank lagi. Usut punya usut ternyata mereka kurang memahami kalau dana yang dicairkan belum termasuk dana dari PLN (Pinjaman Luar Negeri).

 

 (Webmaster - 20 Februari  2003)

home